Privet!

selamat datang...

selamat menyantap hidangan kami.

Minggu, 26 Agustus 2012

Kepada ibu

Ibu, kemana mereka pergi? malam kini berganti penguasa, awan kemerahan dan petir berpesta di atas sana. kemana bulan dan bintang? apakah mereka mati disengat petir? Bu, aku sangat ingin menuliskan sebuah gundah pada tuhan, tapi mengapa tak pernah bisa. bahasa ketika sujudku sangat tidak elok, jadi aku hanya ingin menuliskannya. seperti sejuta kasihku untukmu, sejuta kasih yang hanya kau tahu lewat ciuman pada tangan, lewat tangis setiap hari raya tiba dan setiap melihatmu terbaring lemah,,, walaupun sebenarnya setiap langkah aku tak melepaskan sosokmu. bu, kini tuhan memberiku malam yang berbeda, tak seperti malam yang sering kuakrabi. setiap malam aku selalu mengetuk pintu rumahNya.

tuhan, bintang itu milikku jadi tolong jangan kau beri pada hujan dan petir, aku tak suka hujan di malam hari apalagi petir, sungguh tak suka.. tapi apakah aku tak boleh membenci?? aku hanya manusia... tak adakah pengecualian?? baiklah Kau boleh memberi bintangku padanya agar aku tak perlu membenci.. tapi lepaskan dulu malam dari petir-petirMu yang lain, aku takut orang mengira malam tak lagi menenangkan. aku takut orang lebih mencintai mimpi-mimpi daripada keheningan malam.
Ibu, katakan apa yang harus kulakukan? petir itu membawa bintangku dan kini awan kemerahan membungkam bulan. hari ini aku cengeng sekali, diam-diam aku menangis dan aku menikmatinya. hanya ada dua insan di dunia, insan yang baik dan buruk... petikan dari sebuah film yang menyadarkanku bahwa semua insan punya cinta. aku tak boleh menghalangi cinta itu kan bu? maka lebih baik aku yang menghalangi cintaku.

bu, malam ini kau tak sadar bahwa aku telah mencium keningmu, kau hanya mengubah sedikit posisi tidurmu. oiya bu, teh hangat yang kau buat malam ini sungguh nikmat aku masih mengecap manisnya hingga saat ini. disebelahmu ayah terlelap pula, tubuhnya yang agak tambun membuatku menyemai senyum.
aku selalu ingin mengatakan sesuatu pada ayah, bahwa genting rumah kita sepertinya sudah rapuh. terlihat begitu tua, bahkan terlihat lebih tua darimu, kau masih ayah yang gagah walau setengah abad sudah kau lewati. sehabis maghrib tadi kita berdua berdiskusi soal politik, kau begitu cemerlang soal yang satu ini dan lewat cara inilah kita menjadi dekat. genting ini sepertinya sudah payah menopang dinginnya malam, terlebih malam seperti ini, merah meriah dengan petir menghiasi sisi langit. huff.. kau sering kan berdiskusi dengan tuhan? bisakah kau sampaikan permintaanku padanya?. mungkin sebentar lagi kau terbangun, selalu dengan katamu "bangun di sepertiga malam, mintalah apapun, dan tuhan akan kabulkan".

aku tak mau turun ayah, aku mau melihat matahari terbit, tapi tuhan memanggil-manggil membuat nyaliku ciut dan turun sejenak dari tempat ternyaman ini. ayah, dulu ketika aku bertanya padamu bagaimana sebenarnya bentuk tuhan? kau hanya berkata "sesuatu yang teramat besar dan agung tak akan bisa tergambarkan nak, tuhan ada di dalam sini (menunjuk dadaku) rasakanlah dengan hatimu", aku tak mengerti dan tetap cemburu dengan teman-teman yang berangkat sekolah dengan tuhan yang dikalungkan di leher. aku iri dengan mereka yang tidak bersujud lima kali, sampai aku benar-benar mengerti satu hal. tuhanku adalah tuhan yang paling memenuhi syarat sebagai tuhan, ketika itu kelas enam sekolah dasar tapi aku sudah begitu mencintai hidup yang tuhan anugerahkan padaku.

bu, hari ini sungguh menyenangkan, aku memunyai kawan baru yang aku kenal dari seorang teman yang baik. pertemuan yang tak pernah aku rencanakan tetapi karena tuhan sayang padaku maka Tuhan meberikan pelajaran cuma-cuma tentang hidup. aku dipertemukan dengan dua orang yang membuatku berpikir bahwa hidup tidak senormal apa yang biasa aku bayangkan. kawan yang pertama memiliki pikiran yang aneh bu, bahkan lebih aneh dari pikiran-pikiranku dan yang satu lagi lucu bu, ia seperti memiliki banyak mimpi dan tak betah berlama-lama diam, kakinya selalu saja melangkah ke setiap tempat. sepertinya kita mampu menerbitkan matahari sendiri, di malam yang hanya kita miliki sendiri, aku tak akan rela menggadai malam hanya untuk hujan.

oh iya bu, menurutmu apa hidup ini adil? aku selalu ingin menjadi seorang yang sederhana. memandang hidup penuh keikhlasan sehingga semua yang datang kepadaku akan aku syukuri sebagai anugerah atau bonus. semoga aku tak salah bu, aku lelah untuk menghitung cara untuk menjadi kaya, melibas kepedulian terhadap sesama, aku malu bu... aku tak mau seperti teman-temanku yang tamak terhadap harta. bukankah tidak ada suatu kisah atau hadist pun yang mengatakan bahwa rasulullah itu kaya raya, bu? kalau aku salah maafkan aku, tetapi aku ingin seperti rasulullah yang memiliki kebahagian karena mencintai dan dicintai Allah. bu, aku tahu ibu senantiasa mendoakanku yang terbaik, begitupun yang dilakukan ayah. aku ingat bu bagaimana ayah bangga padaku, bagaimana iya menahan tangisnya karena haru, tapi aku yang tak kuat menahan air mata bu, aku menangis dihadapannya, menangis karena aku merasa ini tak sebanding dengan apa yang ayah lakukan. aku kagum pada ayah dan ibu, mengaggumi kebaikan dan keburukan serta mengaggumi cara kalian memandang persoalan dengan sangat bijak.

bu, tolong jaga bintangku supaya tetap dilangit dan terang benderang, malam ini tak akan tergadai lagi oleh hujan, aku janji bu aku akan menjaga malam dengan sebaik mungkin dengan sekuat dayaku agar orang-orang mencintai malam. agar semakin banyak orang yang mengucap syukur pada keheningan, hmm.. bu sekali lagi mohon dijaga bintangku, biarkan ia bersinar dan tersenyum. sampaikan juga pada Tuhan bahwa aku tak akan lagi menyia-nyiakan hidupku untuk hal bodoh. mencintai dengan kesederhanaan hanya itu yang aku mau, bu. semoga aku bisa.
 
foto :  bhaktiutama.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar