Privet!

selamat datang...

selamat menyantap hidangan kami.

Senin, 27 Agustus 2012

fenomena alay di layar kaca


surya-cakra.blogspot.com

istilah alay awalnya adalah merujuk kepada kepada anak kecil yang mengahbiskan waktunya untuk bermain layangan, dengan ciri kulit hitam dan rambut kecokelatan karena terpanggang matahari. namun makna alay yang awalnya anak layangan meluas kepada semua orang yang norak atau jika mengutip kata mas tukul Ndesssooo! ya begitulah alay berkembang seakan dianggap sebagai virus bagi sebagaian anak muda yang memang identik dengan jati diri dan kemerdekaan berpikir. namun ditengah ramainya judgement dari berbagai pihak, alayers (sebutan mereka secara komunal) mampu terus eksis, kendati tetap dipandang sebelah mata karena penampilan luar yang agak kurang sedap dipandang mata.

acara-acara televisipun kerap memberikan porsi yang luas kepada alayers untuk eksis, berbagai acara yang katanya chart musik yang berorientasi seperti Mtv menjamur, namun fenomenanya diikuti juga dengan fenomena kemunculan alayers yang mampu eksis. keran sosial media juga menjadi ajang merdeka untuk bertahan dari hujaan, didukung komunitas dan perasaan senasib mereka (alayers-red) saling menguatkan. sebut saja berbagai grup di situs jejearing sosial facebook yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya. alay adalah sebuah fenomena yang baru, yang kehadirannya justru menjadi budaya pop, meskipun dengan berbagai embel-embel stigma negatif namun tetap saja mereka harus dibiarkan merdeka dengan pilihannya sebagai alay tentunya. entah sebagai anak layangan atau hanya sebuah sebutan bagi orang yang terlalu percaya diri yang berani tampil kendati segalanya serba tidak sesuai.

abg galau versi mice cartoon ABG Galau Versi Mice Cartoon
 foto : http://masjamal.com
tak hanya itu, kini segmentasi alay-isme telah merambah sampai pada penggunaan merek handphone, para pengguna blackberry kena getahnya. siapa saja yang memakai blackberry low end diangap alay, terlebih kini pengguna android dan i phone sedang marak. sontak serangan itu menjadi sebuah dilema dalam persaingan pasar handphone itu sendiri, banyak orang yang karena tak mau dibilang alay maka mereka beralih ke Android OS, atau I Phone. lalu apa benar pengguna blackberry itu merupakan alayers? ya terserahlah itu hanya slogan pasar bisnis untuk saling menjatuhkan satu sama lain. tapi menarik memang fenomena alay yang terus saja menjamur seakan menimbulkan kelas sosial baru antara si hina dan si hama, si hina selalu dihina sedangkan si hama seperti menajdi duri dalam daging atau malah bom waktu yang menungu clash yang akan terjadi, begitulah pemuda bergejolak dengan emosi dan fanatik karbitan.

biarkan orang menjadi dirinya sendiri, hingga mereka semua bisa mengolahnya menajdi sebuah peradaban yang madani, bukan justru menjadi percikan perpecahan karena dampaknya akan sangat luas dan serius di masa depan. dari clash pada kelas sosial akan timbul kerawanan akan sebuah perpecahan, karena sejatinya manusia memiliki kecenderungan sosial yang berlainan dan kekuatan itu ada pada lingkungan komunal yang membentuknya."Alay di acara dahsyat sampah semua!" teriak seorang teman, lalu dengan mudah aku menjawab "kalo emang sampah ya gak usah ditonton, ato lo bikin acara sendiri aje!" yap begitu menurutku, jika ranahnya pada kreatif ya mari berlomba secara kreatif. seperti sebuah pertanyaan kenapa boyband seakan memiliki alayers sebagai penggemar sedangkan Punk, Metal, Pop dll tidak memilikinya? tanya kenapa?.

alay sudah menajdi budaya pop sehingga acaranya mampu dikemas dan dinikmati khalayak sedangkan acara sub musik lain kurang menggunakan metode kreatif yang sama, kalau pun ada acara yang mengakomodasi semisal radioshow tetap saja segmennya terlalu sempit karena acaranya disiarkan malam hari sehingga tidak bisa dinikmati khalayak. apakah salah alay masuk televisi? itu hak anda untuk memelihara opini sendiri namun yang perlu dan lebih penting ditanyakan adalah apa asumsi anda mengenai alay? karena itu akan menunjukkan sejauh mana anda menghargai kebebasan.

bagiku tak ada pembelaan atau sanggahan apapun untuk fenomena alay, boyband atau segala macam yang dianggap sebagai polusi di televisi namun yang mesti diingat jangan pernah dimunculkan isu-isu yang keliru dan cenderung menghasut terhadap kemunculan mereka, karena semua bentukan budaya pop memang memiliki resistensi yang tinggi dari semua yang peduli pada budaya. mari kita berkerja secara kreatif sehingga arus deras munculnya budaya pop bisa disaring lewat kerja-kerja kreatif kita hingga pilah-pilih budaya yang berpotensi menjadi peradaban yang madani, yang mampu berpikir bebas namun bertanggung jawab penuh akan kebebasannya itu.

kebebasan adalah ketika kita tidak lagi mempertanyakan apa itu kebebasan, dan di Indonesia belum ada kebebasan! pun hanya untuk menghargai pilihan orang lain yang merdeka.

nanti, mungkin ketika semua sadar itu adalah fenomena budaya yang mampu diolah sebagai perdaban.


foto : kikils.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar