Privet!

selamat datang...

selamat menyantap hidangan kami.

Minggu, 26 Agustus 2012

PKS : Maju kena, Mundur kena!!


foto : politik.kompasiana.com
maju kena, mundur kena...

situasi PKS nampaknya tak jauh dari peribahasa itu, serba tidak menguntungkan. bagaimana tidak contoh realnya saja kegagalan besar PKS di pilkada DKI Jakarta yang lalu, jika kita boleh main hiutung-hitungan kasar boleh dibilang PKS gagal karena perolehan suaranya turun sekitar 70% dari Pilkada 2007 yang lalu, kehilangan daya pikatnya tidak membuat PKS semenjana, manuver segera dilakukan nahkoda mengarahkan kapal ke Foke-Nara tetapi kepalang hancur malah tebing dihajar, banyak yang menganggap manuver politik mereka salah langkah dan tak mengakomodir suara grassroot yang lebih menginginkan suara PKS tidak diarahkan kemana pun dan membiarkan konstituennya bebas memilih. apa daya elit partai punya pertimbangan lain, atau memang suara PKS sudah dibeli foke? sudahlah jangan berandai-andai lagi, karena terlepas dari asumsi itu semua memang sepak terjang PKS menurun drastis dari lima tahun lalu. mulai dari kasus dugaan korupsi yang mulai ramai di tubuh partai, menonton video porno sampai kontroversialnya Tifatul Sembiring dll. masuknya mereka ke dalam partai oposisi dan tidak bertahan sebagai partai tengah dituding sebagai penyebabnya sehingga jargon peduli dan bersih PKS mulai di hapus lingkungan politiknya.

PKS yang didukung dengan aktivis tarbiyah yang menyebar ramai di SMA dan Universitas-universitas di Indonesia tentu sedang menungggu sebuah momen yang tepat untuk segera merbut kekuasaan, mesir jadi acuannya dimana partai agamis bisa menang. PKS harus lebih cermat lagi berhitung, pun hitung-hitungan PKS yang tetap memaksa maju di Pilkada DKI meskipun tanpa koalisi, apa yang terjadi? nyatanya ketokohan Hidayat Nurwahid dan Didik J. Rachbini tidak mampu bersaing, kendati poster dan wajah mereka ditebar diseantero jakarta (hemat penulis foto HNW-Didik dan Foke yang mendominasi) namun perolehannya justru semakin kacau dari pilkada episode sebelumhya, mungkin PKS lupa Pilkada lalu 46% suara mereka tidak semuanya datang dari konstituen PKS tapi ada juga dari orang-orang yang tidak suka si kumis dan perhitungan ini yang tidak dicermati dengan benar. selain itu bahasa politik PKS juga cenderung monoton dan tidak menggoda, pada 2007 Adang-Dani mengusung slogan "ayo benahi Jakarta" sedang 2012 ini HNW-Didik mengusung "ayo beresin Jakarta" lalu apa bedanya? apa ini bentuk ke-konsisten-an PKS dalam pilkada Jakarta? entahlah tapi itu sunggu tidak menggoda.

PKS bingung, kendati seusai pencoblosan Jokowi yang notabene cagub unggulan rakyat sudah sowan ke HNW bagaikan simbolik dari meminang suara dan beriya sekata di putaran kedua nantinya, namun entah karena pertimbangan apa, partai justru mengabaikan Jokowi dan mengarahkan pandangan ke kubu petahana. seperti yang kita semua ketahui bahwa hubungan HNW dengan Jokowi sangat hangat kendati keduanya berbeda pandangan politik, bahkan ketika HNW sempat menjadi jurkam Jokowi pada pilkada Solo media ramai memberitakan kedekatan mereka. keduanya memang tak enggan menunjukkan kedekatan ditengah persaingan, berbeda dengan calon lain yang seakan-akan saling memusuhi, ya apapun itu hitung-hitungan politis tentu beda dengan berpikir logika biasa. PKS bukan partai kecil mereka adalah salah satu dari sepuluh partai yang lolos ambang batas minimum di parlemen bersama Gerindra, Hanura, PAN dan beberapa partai Gajah.

terlepas dari itu tentu PKS boleh berbangga hati soal kemenangan di Jawa Barat dan Kota Depok, tetapi dua wilayah itu memang telah menajdi kandang PKS dan tidak banyak orang yang kaget atas kemenangan itu, mesin politik dan aktivis tarbiyah partai berjalan baik disana, serta doktrinasi jemaah politik kuasa sukses ditanamkan sejak dini di SMA dan Universitas jadi tak susah untuk menemukan pemuda militan yang islami. tentu perihal pemilu 2014 PKS masih punya waktu untuk berbenah dan menyiapkan strategi baru, dari kaca mata saya sekarang, tokoh PKS belum ada yang mampu bersaing di pemilu presiden mendatang, entah HNW, Anis Matta, Tifatul dll.. belum ada nama yang cenderung lekat di telinga rakyat dan asumsi penulis munking PKS kembali ikut deal politik untuk kursi-kursi strategis di kabinet seperti yang dilakukannya kepada SBY di pemilu yang lalu..

siapa yang tahu?
politik bisa berubah dengan cepat, layar bisa terkembang tapi kapal juga bisa hancur..


foto : 1cuk.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar