Privet!

selamat datang...

selamat menyantap hidangan kami.

Minggu, 26 Agustus 2012

Kenangan

aku masih melihat jejak kaki di pasir, dia tidak jauh pikirku. akan kukejar dia kemudian akan ku arahkan langkahnya kembali, tetapi kembali kemana? sejenak pikirku melambung, entahlah aku juga masih belum tahu, belum mengerti dan belum ingin mengerti. ku endus jejak kaki itu, aku yakin ini adalah wangi telapak kakinya, telapak yang biasa ia cuci dengan mawar. aku berlari dan tak sengaja dalam panik aku mengingat sebuah senyum sungging di sudut bibirmu, aku akan menemukannya dan akan membawanya kembali demi dua malaikat kami, tekadku.

angin memang enggan berhuyung sebab mentari pun sudah di sepenggal hilang. tak ada siapa-siapa hanya lambaian pohon kelapa dan air laut yang kejang menghantam. ku kejar langkah kaki itu, kutelusuri setiap langkahnya. matahari perlahan lenyap sudah, bulan mengganti kedudukannya, aku berlari karena ku tahu waktunya hanya sebentar, di ujung pulau lampu-lampu dermaga sudah berkilauan sebentar lagi ia akan pergi.

tetapi jejak kakinya berhenti disini, tak ada jejaknya lagi. mungkin air laut telah mengusap jejak kaki itu hingga serupa semula yaitu hanya seonggok pasir tanpa kenangan, tetapi mungkin juga ia bersiar bersama pesiar yang sore tadi berlabuh disini, lalu kemana jejak itu? aku singgah di tempat kali terakhir kakinya berjejak, ku pandangi jejak itu dan aku tersenyum. bahkan dengan hanya melihat jejaknya pun sudah membuat aku bahagia, untuk apa lagi ku meminta ia kembali.

ku raup pasir bekas jejaknya itu lalu kuusapkan pada seluruh wajahku, kuharap dengan begitu semua kesan dan kenangan tidak akan hilang. di penghujung dermaga aku melepas kepergian kapal terakhir sore ini sembari mengusap dadaku yang lapuk. diantara sepenggal kisah, aku hanya ingat senyumnya, senyum yang kini diwariskan kepada dua malaikat. malaikat yang kelak akan selalu mengingatkan aku terhadap arti kebahagiaan. hmm,, ia telah pergi berlayar bersama perahu yang entah akan berujung pada dermaga mana? walaupun tanpa sebuah ucapan dan pesta perpisahan, namun di titik ini aku tersenyum, karena seumur hidupmu aku yakin kau akan selalu mencintaiku..

pasir itu menari-nari disapu air yang perkasa, aku masih tersenyum sampai dua malaikat kecil di belakangku memanggil "mama..." lalu aku tersadar dan memeluk mereka diantara lembayung turun matahari jingga.

jejak di pasir serta kenangan akanmu..
senyum yang kau wariskan kepada dua malaikat
foto : kotikumpun.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar