Privet!

selamat datang...

selamat menyantap hidangan kami.

Minggu, 26 Agustus 2012

Foke dan Jokowi bermanuver, Jakarta panas!

Jakarta kian panas, bukan karena pendatang yang mulai membanjiri jakarta tetapi oleh mesin politik kedua pasang calon gubernur yang bergerilya menggiring opini warga Jakarta. Pilkada Jakarta putaran kedua masih sekitar sebulan lagi namun berbagai spekulasi tentang kota ini selalu dikaitkan kesana, sebut saja beberapa peristiwa kebakaran yang terjadi pasca libur lebaran, ada saja yang bermanuver untuk menyerang salah satu calon atau klaim tentang penyediaan sarana mudik yang baik (huffff... baik apanya?). tak salah dan tak heran memang apabila hal seperti itu terjadi karena dalam politik hal semacam itu memang menjadi jurus andal meraup suara. tapi yang saya sayangkan adalah tren sekarang yang justru nyeleneh, jurus yang dipakai justru jurus kotor dan terkesan menyebar isu perpecahan dan kebencian diantara warga jakarta.

saling klaim keberhasilan dan umbar prestasi sangat sah, mungkin saudara masih ingat betapa calon gubernur yang juga petahana menunjukkan prestasi akademiknya yang di klaim cum laude sebagai lulusan produk luar negeri. serta cagub lain tak kalah renyah mengumbar klaim prestasi, menjadi walikota terbaik dunia dsb. jika kita boleh berandai-andai apa yang dibilang Jokowi adalah benar "semut versus gajah", track record politik Foke jauh lebih mumpuni namun track record prestasi jokowi lebih mengkilap kendati Jokowi dinilai terlalu santun dalam berpolitik menghadapi Foke, jadi sekarang tinggal menunggu hasilnya siapa yang gajah? siapa yang semut?

kampanye hitam dan emosi pribadi!

Jakarta yang heterogen itu kini sedang diguncang oleh isu SARA, tersangkanya disebut-sebut adalah timses si kumis. bagaimana tidak? sebut saja Rhoma Irama, Ruhut Sitompul, Amien Rais dan beberapa tokoh lain yang dengan terus terang menunjuk hidung Jokowi mengenai isu ini, malah yang paling sial adalah yang dialami Rhoma ketika harus diperiksa Panwaslu DKI perihal hal itu. jokowi pun dengan legowo menerima itu semua kendati terus saja mengingatkan bahwa kampanye hitam yang mengumbar SARA itu justru tidak memberikan pendidikan politik yang baik dan akan berimbas pada perpecahan diantara warga Jakarta itu sendiri, seraya menantang adu visi dan misi kepada Foke.



Pilkada Foke dulu dan sekarang

Pilkada sebelumnya Foke mengusung slogan "Jakarta untuk semua!" apakah mungkin di putaran kedua ini ia akan mengusung "Jakarta untuk orang muslim"?, "Jakarta untuk orang betawi"? atau malah "Jakarta tidak untuk orang cina"?, ya tentu bahasa politik akan lebih halus dari apa yang saya jabarkan tadi tapi paling tidak, ini semua gambaran mengenai tidak terlepasnya kekuasaan dari kepentingan. partai besar dan ormas-ormas anarkis merapat ke Foke, ada apa dibalik ini semua? apakah ada deal-deal politik di baliknya?  saya ingat ketika tahun 2007 belum banyak ormas dan komunitas yang eksis di Jakarta ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini yang menjadi banyak dan powerfull, apakah asumsi yang beredar bahwa apabila Jokowi naik akan mematikan eksistensi ormas dan komunitas tersebut? setuju atau tidak pasti kita tidak mau kejadian di jalan ampera dan beberapa tempat perihal pertikaian ormas terjadi lagi, karena ini terkait dengan keamaman di kota kita tercinta ini.

apalah daya penulis harus tetap cover both side, tetapi jujur penulis belum bisa mencari apa sebenarnya kesalahan fatal Jokowi dan penulis pun enggan jadi pengumbar SARA. Jokowi mentereng prestasi, dia anti korupsi dan punya visi yang baik mengenai Jakarta, kesederhanaannya justru menjadi sentilan untuk pejabat lain yang kadang justru pamer barang mewah. Jokowi hadir ditengah kerinduan rakyat Jakarta akan seorang pemimpin yang sederhana dan santun "orangnya tulus, senyumnya manis.. bikin adem hati", kata Soleh, seorang warga. ya Jokowi seperti harapan ditengah ramainya kekecewaan, slogan "Jakarta Baru" seakan mengajak warga Jakarta untuk menyongsong poembaruan terlebih keinginannya untuk menerapkan sistem baru yang nanti akan berimbas pada pemangkasan PNS tidak berkualitas yang engkang kaki di pemprov DKI. semoga saja ini bukan hanya cita-cita tetapi bisa dijadikan pijakan untuk bertindak benar nantinya.

Dosa dan hutang politik

tentu karena lebih lama berpolitik dosa politik Foke lebih banyak, bahkan tuduhan korupsi APBD yang dilaporkan oleh mantan wakilnya pun tak luput dari serangan Jokowi yang berulang kali mengajak transparansi APBD 140 Triliun di berbagai debat terbuka. Foke penuh dengan sensasi blunder. menarik mengutip perkatan Fadlizon dalam sebuah acara talk show di salah satu televisi swasta bahwa apa yang dilakukan Foke "hanya akan mempertinggi tempat jatuh", ketakutan Foke kehilangan kursi DKI 1 adalah phobia tentang masa depannya, ketakutannya tidak lagi bisa menghambat KPK perihal pengusutan kasus korupsi, ketakutannya tidak bisa lagi menghambat penyidikan dirinya tentang pelanggaran HAM kasus mbah priuk? memang ini hanya asumsi yang ditampung penulis lewat beberapa tulisan di media online dan beberapa forum-forum online.

masih sekitar sebulan lagi menjermati dan mengikuti perkembangan Jakarta, semoga apa yang terjadi di hari-hari kedepan adalah sesuatu yang sehat, yang mendidik warga Jakarta untuk juga berpikir sehat.

salam hangat!

1 komentar:

  1. kampret emang foke,,,, cuma orang tolol yang milih dia!!

    BalasHapus