Privet!

selamat datang...

selamat menyantap hidangan kami.

Minggu, 26 Agustus 2012

Malu berkarya, Sesak matinya #2

sekitar beberapa jam lalu saya baru saja terbangun dari sebuah mimpi panjang, walaupun boleh saya katakan saya tidak tertidur sama sekali. apakah benar yang dikatakan oleh Rene Descartes yakni "all the things that i know is i know that is nothing" seperti sebuah analogi yang menggambarkan keluasan ilmu pengetahuan yang berbanding terbalik dengan keangkuhan sifat manusiawi kita, atau bahasa yang lebih sering kita pakai semakin banyak kita tahu, semakin sadarlah kita banyak yang tidak kita ketahui. terus terang saya merasa seperti kehilangan pengetahuan saya ketika segala persoalan selalu terkait dengan masalah-masalah di luar diri saya sendiri, maksud saya ketika pengetahuan itu diminta pertanggung jawabanya oleh lingkungan tempat kita berada.

cara kita bertindak, bertelingkah, mendidik, berdakwah dan membantu orang lain. bagi saya seperti ada sebuah kekeliruan yang hadir dalam diri saya ketika harus berhadapan dengan realita sosial yang ada, bahwasanya jauh di atas keluasan ilmu yang ada dalam diri kita terdapat sebuah egoisme sendiri yang lebih luas bahkan dari kehidupan itu sendiri. setiap orang seperti adalah hakim bagi yang lainnya, saya menilai kalian dan kalian menilai saya lalu kapan keilmuan, kesenian, dakwah akan berjalan sinergis dan tepat guna? mungkin tak akan bisa kecuali diam-diam kita berdamai dengan diri kita untuk mengakui kekeliruan ini.

saya jadi teringat analogi seorang dosen mata kuliah drama saya dulu,ia pernah berkata berkerjasamalah seperti formasi burung angsa yang terbang membentuk huru V ketika menghindari musim dingin dan bersama-sama menuju selatan. Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan lelah, ia akan terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya dan begitu seterusnya mereka akan saling mendukung dan bersinergis untuk tujuan bersama. hal semacam itu pula yang menginspirasi Rendra untuk menemukan gaya pementasan ketika menggarap Kasidah Barzanji, ia duduk di atas sebuah pohon di halaman rumahnya dan mengamati gejala alam sekitar tentang berbagai macam nuansa alam yang jujur dan luhur. hal yang ingin saya sampaikan dari pendapat dosen saya dan pengalaman Rendra adalah keharusan kita belajar dari alam atau setidaknya menjadikan alam sebagai role model  dalam pelbagai tindak tanduk kita, karena alam adalah nilai kejujuran yang Tuhan berikan. bagaimana anda menyikapi bencana yang pertanyaannya akan kembali berpulang kepada kita semua, "alam sudah tidak kuat melawan egoisme kita", "ulah tangan-tangan jahil manusia" atau "alam sedang marah".

Islam mengajarkan saya dan kalian yang menganutnya untuk memelihara alam. Firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41; “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar)” dan Firman Allah yang lain dalam surat Al-A’raf ayat 56; “Dan, janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harapan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan”. lalu apakah masih tepat kita menonjolkan kepala kita lebih tinggi dibandingkan orang lain? guru terhadap murid, pejabat terhadap rakyat, ulama terhadap umat, dan berbagai macam lainnya jika dibanding Tuhan penggenggam segala yang mampu menjungkir balikkan kenyataan, yang mampu membuat alam semesta lumpuh dalam sekejap mata? itulah yang membuat saya tersadar dari mimpi panjang saya tentang egoisme saya sendiri. membangun cita-cita tentang kebahagiaan diri saya sendiri tanpa menengok kepada cita-cita kebahagiaan orang lain yang sebenarnya jauh lebih sederhana memandang hidup.

menjadi orang pintar tidak boleh sendiri harus mengajak lingkungannya, menjadi orang kreatif tidak boleh sendiri harus mengajak pula lingkungannya, menjadi orang bener tidak boleh sendiri harus mengajak lingkungannya. itulah yang bagi saya sulit karena belum adanya kesadaran sendiri ataupun lingkungan bahwa kita -sebenarnya- bersatu atas nama kepentingan peradaban. bukan sebuah keharusan bahwa masyarakat modern itu adalah masyarakan yang dipandang secara persona, padahal justru masyarakat modern harus dipandang sebagaimana manusia -entah budaya tradisional atau primitif- bahwa ia harus saling terikat dan mengikat satu sama lain. mungkin banyak pemikir-pemikir barat yang cemerlang tetapi ia hanya cemerlang bagi dirinya sendiri bukan lingkungannya, ilmunya mungkin kita anggap universal tetapi coba tanyakan pada orang yang lalu lalang di kampus dengan pakaian necis apakah ia tau tentang itu? adakah pemikir barat itu memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya? atau hanya tanggung jawab menulis yang berdampak hanya sekadar harapan-harapan agar pembaca begini, agar pembaca begitu tanpa dibarengi dengan tindak nyata.

malu berkarya, sesak matinya. baru beberapa jam lalu saya tersadar dari mimpi panjang, dan rentetan kata-kata ini pun belum matang. akan ada sebuah pencarian-pencarian bentuk untuk berdedikasi terhadap alam, untuk bertindak atas nama kemanusiaan. apakah sebuah konsepsi harus ada rujukan? atau kita berhak berpendapat atas kemerdekaan menyalurkan pendapat? egois kah?  kesemuanya hanya sebuah oase kecil di padang gurun tempat kita melepas lelah dan menyuguhi ternak kita seteguk air. karena tugas semuanya lah, yang mematangkan ilmu dalam kampus-kampus, mematangkan ilmu pada jalan-jalan, pada kesenian, pada bidang keagamaan, pada jeruji penjara, pada gedung-gedung tingkat agar kembali ke masyarakat sebagai bagian akannnya dan berdedikasi atas keilmuan kita.

jadilah malaikat kecil bagi sesama, jadilah cahaya kecil diantara cahaya lain, jadilah pemikir kecil iantara pemikir lain, kelak dunia akan benderang jauh melebihi sinar mentari yang menggelora kala siang. kelak dunia akan sampai pada tangan kita, tangan-tangan yang harus mengembalikan ilmu pada kejujuran alam. pada dasar segala dasar yaitu Tuhan.

mari kita tersadar dari mimpi panjang kita.



foto : Dokumen alien-nibiru.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar