Privet!

selamat datang...

selamat menyantap hidangan kami.

Jumat, 24 Januari 2014

GADANG adalah Jaringan penjualan masakan padang dengan konsep
booth/gerobak, dikelola secara profesional oleh AV Communications
(PT. NINA & SONS SEJAHTERA). Didukung oleh jaringan produksi yang
telah berpengalaman serta memiliki standard mutu yang sangat baik.

GADANG, Menyajikan Menu masakan Minang/Padang Asli, diolah dari
bumbu dan rempah pilihan serta pengalaman para juru masak asli
padang, adapun beberapa menu yang disajikan antara lain:

Rendang    Ayam Goreng     Gulai Ayam     Asam Padeh    Cincang

Telur Dadar   Telur Balado     Ikan Bakar    Ayam Bakar  Ikan Goreng

Dendeng      Sayur Nangka    Daun Singkong      Sambal Ijo

Semua Masakan diolah didapur yang bersih, dengan sistem kelola
bahan baku yang terintegrasi secara baik, serta standard mutu

yang terus menerus diawasi.

Senin, 27 Agustus 2012

Mirisnya sebuah sebuah Republik

foto: kreavi.com

belum tahu apa yang akan kutulis disini dari sebuah ide yang tidak begitu menarik, hanya sebuah perasaan pesimis tentang sebuah kemerdekaan itu. belum genap sebulan kita merayakan hari jadi republik yang ke 67, namun berbagai persoalan kebangsaan muncul lagi. yang kusesalkan mengapa harus mengatasnamakan Islam? agama yang sejatinya sudah sempurna tanpa sebual embel Syiah, Sunni, Salaf dsb. pertanyaannya MENGAPA? di madura terjadi bentrokan yang mengambil 1 nyawa melayang, penyebabnya tak begitu jelas tetapi banyak yang menduga akibat pertentangan klasik Syiah dan Sunni yang mungkin selama ini perkembangan konflik itu hanya pada wilayah Kaukasus dan Timur Tengah saja, namun hadir dan tersaji tak kalah garang di Indonesia.


 foto: http://ridwanaz.com

apakah ada pemain dibelakang semua ini? apakah sengaja dihembuskan isu ini agar terjadi kemelut dan ketakuan diantara umat beragama di Indonesia? logikanya seperti ini jika kita mampu membunuh dan mengusir sesama umat muslim bagaimana dengan umat non muslim? terlebih seakan corak umat muslim yang fanatik lewat hadirnya beberapa Habib yang entah nasabnya dari mana, jemaah-jemaah yang memiliki afiliasi politik sendiri, atau sekadar sebuah komunitas yang mendasarkan syariat sebagai perjuangan. tetapi cobalah bijak melihat segala sesuatu, bukankah Islam adalah Rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta)? lalu mengapa kini kita cenderung ganas dan tamak terhadap eksistensi jemaah dan komunal yang kalau bijak cukuplah Allah swt sebagai penjaga agama ini.

masih segar benar betapa berita pertikaian di Rohingnya begitu menyayat hati kita, tangis mereka kita klaim sebagai tangis kita, seakan merasakan kedukaan yang sama dan rela mengulurkan tangan untuk membantu. atu tenatng palestina yang negaranya kita cintai bagaikan negara sendiri bahkan tak jarang kita lebih sering memasang bendera palestina ketimbang sang saka merah putih, namun mengapa kita berbuat hal serupa untuk menindas yang lemah? bahkan terhadap saudasra sendiri? sudahkah hilang sebuah kekuatan dialog yang terbuka dan arif untuk menyelesaikan masalah hingga semua harus dilakukan dengan tindakan?.

 mungkin ini menjadi renungan kita bersama bagaimana kondisi bangsa kita ini yang selalu seakan mudah sekali diprovokasi, sehingga menjadi mainan politik bagi orang-orang besar yang entah siapa saja orangnya. harusnya kita berkaca pada diri sendiri, belajar memahami semua fenomena yang ada, jangan biarkan hati mengeras oleh karena fanatisme yang berlebih karena akan kerdil pula otak kita jika sudah dibutakan fanatisme sempit. ya tetap saja ini akan menjadi sebuah pekerjaan rumah yang besar untuk kita, karena masa depan ada pada tindakan dan orientasi kita yang akan menyongsongnya.

bukan lagi berangan-angan tentang kejayaan Sriwijaya atau Majapahit tetapi melihat tantangan ke depan yang jauh lebih terjal dan gelap dengan persiapan yang matang. menghargai perbedaan yang menjadi dasar terbentuknya republik, romantisme untuk tetap menggunakan diksi-diksi perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bung, dan pemuda, yang semuanya sudah disulap oleh waktu hanya menjadi sebutan Indonesia, bapak, dan remaja yang kehilangan semangat revolusioner dan seakan sebuah sebutan yang menentramkan sampai-sampai mental kita seakan tentram dan tak ingin bekerja keras lagi seperti para founding father kita dahulu.


foto: dakwatuna.com

konflik-konflik yang terjadi di Republik adalah sebuah permainan dan intrik untuk memecah belah bangsa, untuk saling membenci hingga nanti kita benar-benar tercerai dari apa yang ada kini. satu-satunya cara filtrasi semua iniadalah dengan adanya niat dan kemauan untuk membenahi masa depan yang suah bocor disana sini dengan tekad yang kuat, penghargaan kepada perbedaan seperti yang tertuang dalam pancasila, dan akses yang luas di bidang pendidikan. republik ini bukan sebuah etalase kegagalan seperti yang sudah kita lewati lebih dari setengah abad lalu tetapi repoblik ini adalah sebuah maket dari peradaban yang madani, dan tangga itu sedang kita titi satu persatu.

apa yang sejatinya ada dalam pikiran kita adalah sebuah cita-cita dan harapan yang menunggu sebuah tindak nyata dalam kehidupan. menjadi beda bukan berarti kita membeda-bedakan karena perbedaan itu natural bukan dibuat-buat, dan yang terpenting adalah bagaiaman kita memandang perbedaan itu. republiku yang tercinta perjuangan masih terus terwariskan untuk terus meninggalkan jurang kemiskinan, untuk terus maju menyongsong hari dimana kelak tidak ada kata "terlalu" disana, negeri dimana para malaikat menjadikan taman-tamannya sebagai tempat bermain, negeri dimana perbedaan adalah sebuah alasan untuk saling menguatkan.

mungkin sudah saatnya tulisan tanpa referensi ini saya sudahi, nanti mungkin tulisan ini akan dibaca kelak ketika kita sudah menanggalkan predikat generasi nol baca.
 
foto: dinaryuliati.blogspot.com

fenomena alay di layar kaca


surya-cakra.blogspot.com

istilah alay awalnya adalah merujuk kepada kepada anak kecil yang mengahbiskan waktunya untuk bermain layangan, dengan ciri kulit hitam dan rambut kecokelatan karena terpanggang matahari. namun makna alay yang awalnya anak layangan meluas kepada semua orang yang norak atau jika mengutip kata mas tukul Ndesssooo! ya begitulah alay berkembang seakan dianggap sebagai virus bagi sebagaian anak muda yang memang identik dengan jati diri dan kemerdekaan berpikir. namun ditengah ramainya judgement dari berbagai pihak, alayers (sebutan mereka secara komunal) mampu terus eksis, kendati tetap dipandang sebelah mata karena penampilan luar yang agak kurang sedap dipandang mata.

acara-acara televisipun kerap memberikan porsi yang luas kepada alayers untuk eksis, berbagai acara yang katanya chart musik yang berorientasi seperti Mtv menjamur, namun fenomenanya diikuti juga dengan fenomena kemunculan alayers yang mampu eksis. keran sosial media juga menjadi ajang merdeka untuk bertahan dari hujaan, didukung komunitas dan perasaan senasib mereka (alayers-red) saling menguatkan. sebut saja berbagai grup di situs jejearing sosial facebook yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya. alay adalah sebuah fenomena yang baru, yang kehadirannya justru menjadi budaya pop, meskipun dengan berbagai embel-embel stigma negatif namun tetap saja mereka harus dibiarkan merdeka dengan pilihannya sebagai alay tentunya. entah sebagai anak layangan atau hanya sebuah sebutan bagi orang yang terlalu percaya diri yang berani tampil kendati segalanya serba tidak sesuai.

abg galau versi mice cartoon ABG Galau Versi Mice Cartoon
 foto : http://masjamal.com
tak hanya itu, kini segmentasi alay-isme telah merambah sampai pada penggunaan merek handphone, para pengguna blackberry kena getahnya. siapa saja yang memakai blackberry low end diangap alay, terlebih kini pengguna android dan i phone sedang marak. sontak serangan itu menjadi sebuah dilema dalam persaingan pasar handphone itu sendiri, banyak orang yang karena tak mau dibilang alay maka mereka beralih ke Android OS, atau I Phone. lalu apa benar pengguna blackberry itu merupakan alayers? ya terserahlah itu hanya slogan pasar bisnis untuk saling menjatuhkan satu sama lain. tapi menarik memang fenomena alay yang terus saja menjamur seakan menimbulkan kelas sosial baru antara si hina dan si hama, si hina selalu dihina sedangkan si hama seperti menajdi duri dalam daging atau malah bom waktu yang menungu clash yang akan terjadi, begitulah pemuda bergejolak dengan emosi dan fanatik karbitan.

biarkan orang menjadi dirinya sendiri, hingga mereka semua bisa mengolahnya menajdi sebuah peradaban yang madani, bukan justru menjadi percikan perpecahan karena dampaknya akan sangat luas dan serius di masa depan. dari clash pada kelas sosial akan timbul kerawanan akan sebuah perpecahan, karena sejatinya manusia memiliki kecenderungan sosial yang berlainan dan kekuatan itu ada pada lingkungan komunal yang membentuknya."Alay di acara dahsyat sampah semua!" teriak seorang teman, lalu dengan mudah aku menjawab "kalo emang sampah ya gak usah ditonton, ato lo bikin acara sendiri aje!" yap begitu menurutku, jika ranahnya pada kreatif ya mari berlomba secara kreatif. seperti sebuah pertanyaan kenapa boyband seakan memiliki alayers sebagai penggemar sedangkan Punk, Metal, Pop dll tidak memilikinya? tanya kenapa?.

alay sudah menajdi budaya pop sehingga acaranya mampu dikemas dan dinikmati khalayak sedangkan acara sub musik lain kurang menggunakan metode kreatif yang sama, kalau pun ada acara yang mengakomodasi semisal radioshow tetap saja segmennya terlalu sempit karena acaranya disiarkan malam hari sehingga tidak bisa dinikmati khalayak. apakah salah alay masuk televisi? itu hak anda untuk memelihara opini sendiri namun yang perlu dan lebih penting ditanyakan adalah apa asumsi anda mengenai alay? karena itu akan menunjukkan sejauh mana anda menghargai kebebasan.

bagiku tak ada pembelaan atau sanggahan apapun untuk fenomena alay, boyband atau segala macam yang dianggap sebagai polusi di televisi namun yang mesti diingat jangan pernah dimunculkan isu-isu yang keliru dan cenderung menghasut terhadap kemunculan mereka, karena semua bentukan budaya pop memang memiliki resistensi yang tinggi dari semua yang peduli pada budaya. mari kita berkerja secara kreatif sehingga arus deras munculnya budaya pop bisa disaring lewat kerja-kerja kreatif kita hingga pilah-pilih budaya yang berpotensi menjadi peradaban yang madani, yang mampu berpikir bebas namun bertanggung jawab penuh akan kebebasannya itu.

kebebasan adalah ketika kita tidak lagi mempertanyakan apa itu kebebasan, dan di Indonesia belum ada kebebasan! pun hanya untuk menghargai pilihan orang lain yang merdeka.

nanti, mungkin ketika semua sadar itu adalah fenomena budaya yang mampu diolah sebagai perdaban.


foto : kikils.blogspot.com

Minggu, 26 Agustus 2012

Aksi dan Kreasi Pilkada Jakarta

berikut penulis sajikan beberapa gambar tentang pilkada yang unik, lucu, nyeleneh dan menarik terkait pilkada DKI Jakarta semoga dapat menghibur..



foto : Kaskus.co.id

foto : Kabartop.com


foto : ideguenews.blogspot.com

foto :hiburan.kompasiana.com



foto: politik.kompasiana.com



foto:sae-link.blogspot.com


foto : kaskus.co.id


foto: forum.detik.com

 foto : m.rimanews.com


foto :ardiannugraha.com


foto: pkskalidoni.co.cc

foto : kaskus.co.id


foto : fokus.vivanews.com

foto :bola.viva.co.id



foto: merdeka.com


foto: news.okezone.com



foto:cinehel.wordpress.com



foto:hendardjisoepandji.net

 image
foto:tumblr.com

image

tumblr.com



foto : kaskus.co.id


foto : proberita.com



foto : nyamuklagi.multiply.com

 
 foto: arifoadhinoto.wordpress.com

PKS : Maju kena, Mundur kena!!


foto : politik.kompasiana.com
maju kena, mundur kena...

situasi PKS nampaknya tak jauh dari peribahasa itu, serba tidak menguntungkan. bagaimana tidak contoh realnya saja kegagalan besar PKS di pilkada DKI Jakarta yang lalu, jika kita boleh main hiutung-hitungan kasar boleh dibilang PKS gagal karena perolehan suaranya turun sekitar 70% dari Pilkada 2007 yang lalu, kehilangan daya pikatnya tidak membuat PKS semenjana, manuver segera dilakukan nahkoda mengarahkan kapal ke Foke-Nara tetapi kepalang hancur malah tebing dihajar, banyak yang menganggap manuver politik mereka salah langkah dan tak mengakomodir suara grassroot yang lebih menginginkan suara PKS tidak diarahkan kemana pun dan membiarkan konstituennya bebas memilih. apa daya elit partai punya pertimbangan lain, atau memang suara PKS sudah dibeli foke? sudahlah jangan berandai-andai lagi, karena terlepas dari asumsi itu semua memang sepak terjang PKS menurun drastis dari lima tahun lalu. mulai dari kasus dugaan korupsi yang mulai ramai di tubuh partai, menonton video porno sampai kontroversialnya Tifatul Sembiring dll. masuknya mereka ke dalam partai oposisi dan tidak bertahan sebagai partai tengah dituding sebagai penyebabnya sehingga jargon peduli dan bersih PKS mulai di hapus lingkungan politiknya.

PKS yang didukung dengan aktivis tarbiyah yang menyebar ramai di SMA dan Universitas-universitas di Indonesia tentu sedang menungggu sebuah momen yang tepat untuk segera merbut kekuasaan, mesir jadi acuannya dimana partai agamis bisa menang. PKS harus lebih cermat lagi berhitung, pun hitung-hitungan PKS yang tetap memaksa maju di Pilkada DKI meskipun tanpa koalisi, apa yang terjadi? nyatanya ketokohan Hidayat Nurwahid dan Didik J. Rachbini tidak mampu bersaing, kendati poster dan wajah mereka ditebar diseantero jakarta (hemat penulis foto HNW-Didik dan Foke yang mendominasi) namun perolehannya justru semakin kacau dari pilkada episode sebelumhya, mungkin PKS lupa Pilkada lalu 46% suara mereka tidak semuanya datang dari konstituen PKS tapi ada juga dari orang-orang yang tidak suka si kumis dan perhitungan ini yang tidak dicermati dengan benar. selain itu bahasa politik PKS juga cenderung monoton dan tidak menggoda, pada 2007 Adang-Dani mengusung slogan "ayo benahi Jakarta" sedang 2012 ini HNW-Didik mengusung "ayo beresin Jakarta" lalu apa bedanya? apa ini bentuk ke-konsisten-an PKS dalam pilkada Jakarta? entahlah tapi itu sunggu tidak menggoda.

PKS bingung, kendati seusai pencoblosan Jokowi yang notabene cagub unggulan rakyat sudah sowan ke HNW bagaikan simbolik dari meminang suara dan beriya sekata di putaran kedua nantinya, namun entah karena pertimbangan apa, partai justru mengabaikan Jokowi dan mengarahkan pandangan ke kubu petahana. seperti yang kita semua ketahui bahwa hubungan HNW dengan Jokowi sangat hangat kendati keduanya berbeda pandangan politik, bahkan ketika HNW sempat menjadi jurkam Jokowi pada pilkada Solo media ramai memberitakan kedekatan mereka. keduanya memang tak enggan menunjukkan kedekatan ditengah persaingan, berbeda dengan calon lain yang seakan-akan saling memusuhi, ya apapun itu hitung-hitungan politis tentu beda dengan berpikir logika biasa. PKS bukan partai kecil mereka adalah salah satu dari sepuluh partai yang lolos ambang batas minimum di parlemen bersama Gerindra, Hanura, PAN dan beberapa partai Gajah.

terlepas dari itu tentu PKS boleh berbangga hati soal kemenangan di Jawa Barat dan Kota Depok, tetapi dua wilayah itu memang telah menajdi kandang PKS dan tidak banyak orang yang kaget atas kemenangan itu, mesin politik dan aktivis tarbiyah partai berjalan baik disana, serta doktrinasi jemaah politik kuasa sukses ditanamkan sejak dini di SMA dan Universitas jadi tak susah untuk menemukan pemuda militan yang islami. tentu perihal pemilu 2014 PKS masih punya waktu untuk berbenah dan menyiapkan strategi baru, dari kaca mata saya sekarang, tokoh PKS belum ada yang mampu bersaing di pemilu presiden mendatang, entah HNW, Anis Matta, Tifatul dll.. belum ada nama yang cenderung lekat di telinga rakyat dan asumsi penulis munking PKS kembali ikut deal politik untuk kursi-kursi strategis di kabinet seperti yang dilakukannya kepada SBY di pemilu yang lalu..

siapa yang tahu?
politik bisa berubah dengan cepat, layar bisa terkembang tapi kapal juga bisa hancur..


foto : 1cuk.com

A.H. Nasution, Jenderal yang dilupakan


Jend. A.H. Nasution, Bung Karno, dan Mayjen Soeharto
foto : gmic.co.uk

17 Oktober 1958, seorang jenderal memerintahkan sekompi pasukannya untuk mengepung istana negara dengan meriam tembak dari semua sisi, resimen tjakrabirawa panik, jenderal siapa gerangan yang berkeinginan meng-coup kekuasaan dari pemimpin besar revolusi kala itu Bung Karno? ketika itu bung karno tidak tahu menahu, maklum untuk negara yang baru berusia 13tahun pergerakan politik seperti ini masih belum dapat terbaca dengan jelas yang ada waktu itu fondasi kekuatan stategis ideologi hanya ada pada Nasionalisme, Agamis, dan Komunisme yang lebih tenar disebut Nasakom dan tidak ada kecurigaan yang terlalu kecuali kepada komunis yang saat itu tidak memiliki kekuatan militer. sekompi pasukan itu dengan moncong meriam yang dengan jelas mengarah pada istana negara seperti sebuah ancaman, apakah sebuah kudeta? hingga tak lama jenderal dibalik itu semua menghadap bung karno, dengan gagah dan langkah pasti sang jenderal membacakan keinginan dan tuntutannya.

"Bubarkan parlemen", tegas katanya. bung karno dibuat panas mendengarnya. siapa jenderal itu? ya, siapa lagi yang memiliki posisi strategis dari Angkatan Darat klo bukan Abdul Haris Nasution, ia adalah sosok yang paling berpengaruh di kalangan militer kala itu. tegas dan tidak pernah ragu bahkan perihal konsepsi dwi fungsi ABRI, bahkan ia berani untuk mengancam bung karno yang pada zaman itu dianggap seperti dewa yang mabuk kuasa, bung karno itu ditemani tiga ajudannya berjalan ke arah sekompi pasukan yang meneriakkan "bubarkan parlemen!!, bubarkan parlemen!!", derap langkah bung karno tak ragu, keras menghentak sembari memukul-mukulkan tongkat komando ke telapak tangan kirinya yang dilakukan berulang-ulang, "jika kalian ingin aku bertindak sebagai diktator, cepat arahkan meriam itu langsung ke dadaku!" sekompi pasukan itu membisu seperti juga Nasution yang tak bergeming, "aku tidak akan pernah membubarkan parlemen itu karena aku bukan diktator!" lanjut bung karno sembari meninggalakan pasukan yang telah kehilangan keberanian itu.

gertakan 17 oktober itu justru menjadikan Nasution semakin dilupakan dan dikebiri di militer, tindakan tanpa perhitungan matangnya mengharuskan ia di copot dari KSAD (kepala staf angkatan darat), bung karno lekas menempatkannya di balik meja dan menyibukkannya dengan urusan birokrasi warisan belanda yang ngejelimet tanpa pasukan dan kuasa, tapi bukanlah seorang jenderal jika tanpa pasukan, terang Nasution mengundurkan diri.

tiga tahun berada diluar AD mesti tetap sebagai perwira aktif, Nasution mengunakan waktu untuk belajar politik, mencermati gejala sosial, memahami tipografi rakyat kebanyakan. nasution sudah tidak ambisius dalam tiga tahun namun intuisinya teasah semakin runcing, dia menjadi pandai mengkritik terlebih soal PKI dan ideologi komunisnya yang kala itu menyebarkan propaganda angkatan kelima, yaitu mempersenjatai buruh dan tani. Nasution kembali dipanggil bung karno untuk perintah khusus stabilisasi keamanan republik, pasukan dan kekuasaan kembali ia rengkuh dan kali ini langkah Nasution begitu bijak dan strategis, ia menerjemahkan perintah stabilisasi dengan baik hingga posisi Menham dan KSAD ada ditampuk pimpinannya, bahkan ketika itu, Nasution hendak memenangkan pertempuran dengan Federasi Malaya, ANZAC dan India perihal perebutan Serawak dan Sabah atau lebih dikenal dengan manuver politik ganyang malaysia. TNKU bentukannya kala itu benar-benar memberikan perlawanan senit dibantu oleh segelintir militansi penduduk brunei, namun sayang cita-cita bung karno gagal ia wujudkan karena tentara revolusioner segera melaksanakan gerakan september tigapuluh yang kelak disebut G 30 S.

isu dewan jenderal yang dihembuskan golongan kiri dan penculikan terhadap jenderal-jenderal AD menjadi sebab utama kekalahan TNKU (tentara nasional kalimantan utara) dari Federasi Malaya, Anzac dan India, konsentrasi pecah, komando AD hilang karena Nasution menjadi sasaran penculikan pun ketika yang ditembak tentara revolusioner justru ajudannya yaitu Pierre Tendean. nasution memang jenderal besar insting pelariannya bahkan tak terdeteksi sampai sekian waktu, ia pandai menghadapi sergaoan macam itu sampai momentum G 30 S jadi ajang cari muka Mayjen Soeharto dan Kol. Sarwo Edhi Wibowo yang seperti mendapatkan angin segar memegang tampuk komando, ya kala itu Soeharto adalah Komandan Kostrad dan tak memiliki akses besar di AD, selepas itu semua supersemar segera menjadi langkah politis pertama soeharto hingga tak lama setelahnya ia menjabat sebagai presiden, entah ada apa dibalik hilangnya supersemar yang asli sehingga sampai kini banyak spekulasi miring tentang isi dan makna yang terkandung tentang perintah pengamanan tersebut.

kongsi Soeharto dengan Nasution cenderung lebih statis tidak seperti dengan bungkarno yang naik turun dan kadang sangat harmonis, dengan soeharto hubungan keduanya sangat dingin dan tegang, setelah menjadi presiden Soeharto membatasi ruang gerak politik dan sosial Nasution, karena ia mengerti karakternya yang cenderung berani dan tak ragu. nasution bahkan tidak bisa keluar negeri sekedar berplesir seperti para pejabat lain "jangankan ke luar negeri ke luar kota saja tidak bisa", katanya. jenderal besar itu terus berjuang ia beropini lewat media, namun bukan orde baru namanhya jika semuanya tanpa pengawasan. Nasution menjadi pisau tumpul dan kelak berkarat bagi kedigdayaan Soeharto.

pertanyaan saya apakah ada jalan jenderal A.H. Nasution?
ya ada memang jalan A.H Nasution salah satunya yang ada di Bandung, tapi adakah jalan Jenderal A.H. Nasution? seperti juga jalan jenderal Ahmad Yani, Jalan Jenderal Soedirman, Jalan Jenderal Gatot Soebroto? disini kita harus mencermati usaha Orde baru yang seperti mengerdilkan peran dan jasa Nasution hingga orang lupa bahwa hanya ada tiga jenderal yang pernah tersemat jenderal besar di dadanya, pertama Jenderal Besar Soedirman, Jenderal Besar Soeharto (meskipun banyak kalangan menilai ini merupakan bentuk kediktatoran dan kepercayaan diri yang berlebih) dan yang terakhir adalah Jenderal Besar A.H. Nasution. tapi tetap saja, propaganda orde baru belum bisa diluruskan sampai sekarang ini, kendati hanya sebuah nama jalan sekalipun gelar jenderal harus melayang dari A,H. Nasution tidak seperti koleganya yang lebih junior, Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Gatot Soebroto yang dijadikan nama jalan namun pangkat jenderal tetap tersemnat di depan namanya.

Nasution menjadi sebuah catatan sejarah yang manis kala republik masih gontai membangun ideologi, politik dan sosial,dan menjadi sebuah catatan yang dihapus ketika orde baru, hingga kini tampuk sejarah berada dipundak kita, apakah sudi kiranya kita membersihkan namanya seperti juga apa yang kita lakukan pada sosok Soekarno? Nasution jenderal besar yang dilupakan, yang nama dan jasanya berada ditangan kita, apakah kita tetap membiarkan doktrin orde baru membatasi ruang gerak berpikir kita atau kita rela menggali dan mengenalnya lebih jauh sebagai implementasi rasa cinta tanah air.

seperti juga Nasution apalah arti seorang jenderal ditengah intrik politik, apalah arti penulis dibanding seorang jenderal.
Jenderal A.H. Nasution bersama dengan Mayjen Soeharto
foto : mustaqimzone.wordpress.com



Jenderal Besar A.H. Nasution dengan berbagai lencana penghargaan.
foto : gmic.co.uk

Partitur Hujan




kau masih tertidur ketika kusibak tirai itu, kau lelah dan tidurmu pulas sekali. perjalanan kita terlalu jauh dan kupikir akan sangat adil membiarkanmu tetap menikmati waktu istirahat. semalam kau memintaku untuk memetik cahaya, tapi aku memberimu beberapa kunang-kunang dan kau hanya tersenyum. kunang-kunang dalam botol air mineral itu bercahaya gelap redup dengan ritme yang terjaga dan kau selalu tersenyum memandanginya. kita pergi terlalu jauh, melewati tepian tanjung dan melibas bukit-bukit, maka aku akan berikan apapun yang kau minta karena kau telah setia menjaga dan menemaniku. hidup diwaktu senja denganmu sungguh memberikan arti, kau melahirkan bahagia dalam setiap tatapan matamu.

mungkin usia kita tak akan lama, tapi kita selalu bersama dan saling menguatkan. karena kau lah aku belum ingin mati, aku ingin bertahan sekuat mungkin dan ingin menemanimu selama aku bisa. kau tau setiap malam rasanya aku ingin sekali menulis puisi untukmu seperti ketika aku muda dulu, tetapi sekarang aku lebih sering lupa ketimbang menulis. namun kau tetap tersenyum, menghiburku dengan kata-kata yang sering kau ucapkan semenjak dulu "kau adalah segalanya", kata-kata itulah yang membuat hatiku bergetar bila mendengarnya.

kau masih terlelap, dan aku masih mencoba menuliskan puisi untukmu. kamar ini begitu hangat walau di luar hujan turun menjamah tiap sela diantara jendela kaca milik kita, puisi untukmu urung selesai dan aku begitu lupa bagaimana menuliskannya, lupa kalau kau bisa kuabadikan bukan hanya dalam sekadar puisi. kita terlampau tua untuk berbicara masalah cinta, seperti magnet yang  berkurang dayanya hingga kita terjatuh dan akan tercerai berai.

sebenaranya apalagi yang kita harapkan di umur yang sudah senja ini selain bisa bersama, dulu kita berharap Tuhan bermurah hati menitipkan anak pada kita tapi harapan kita pupus setelah dokter mendapati kerusakan di rahimmu. apa yang bisa kita harapkan? "kau adalah segalanya" bisikmu ketika aku merasa jengah dengan hidup yang tak berhujung, kita tak pernah bosan dalam mencintai tapi kita terlalu bosan dalam menjalaninya. kota yang penuh kemurungan, jalan-jalannya yang menjadi adu pacuan, hutan kotanya yang terkekang bangunan-bangunan angkuh, serta nafas penduduknya yang tak berlafal ayat-ayat dari rumah ibadah.

mari kita buat resolusi di masa tua, memiliki seekor kucing mungkin akan menarik... tapi aku takut kau tidak menyukainya, takut kau merasa tersaingi. aku sudah kehabisan akal untuk membuatmu bersemangat, pipimu yang halus putih itu terpagut oleh waktu sehingga kusadari bahwa kita memang bagai senja yang segera menyongsong gelap. apakah kita akan menutupnya dengan senyum kebersamaan? dibalik tembok rumah kita, di halaman yang bisa kita intip melalui jendela kau sengaja memintaku untuk membuatkanmu ayunan, jungkat- jungkit dan berbagai macam permainan. ternyata kau minta semua itu sengaja untuk memuaskan gairahmu. kau ingin sekali mengundang anak-anak kecil di sekitar rumah kita bersemangat di kala senja dan tenggelam dalam permainan yang seru. kau ingin sekali mendengar suara mereka yang riuh rendah seperti melukiskan kebahagiaan sisi lain mereka dari sekadar kasih sayang sang bunda dan ayah. senjamu kini lebih berwarna dengan peringai lucu anak-anak itu.

selalu ketika senja tiba, kau akan memintaku untuk menuliskan sebuah puisi, tentang mereka tentunya. tapi aku sudah terlalu senja, sudah rabun mataku untuk meraba keriangan mereka dan tak mampu mengimbangi kegesitan, kelincahan dan gairah mereka dengan gerak lamban pikiranku. apa kau ingat waktu kita sama-sama menjadi guru? waktu itu kau selalu semangat menyambut pagi, walaupun akan lesu saat senja bermula. biasanya pagi harinya kau begitu semangat membujukku untuk mempercepat kayuh sepedaku agar cepat sampai di taman kanak-kanak tempat kau mengajar. sekarang kita begitu senja, hingga anak-anak pun merasa lelah dan tak ada waktu lagi untuk menunggu kita yang terlampau lambat tanpa gairah. perlahan mereka pun asik bermain sendiri tanpa memedulikan kita.

kita sudah pergi terlalu jauh, seperti kunang-kunang yang mulai limbung di dalam botol mineral, mungkin kerlipnya sebentar lagi akan mati. kau bilang "kau adalah segalanya" seperti sejak awal ketika aku selalu sendu akan semangat yang patah. kau masih tertidur, hujan di luar kamar ini belum berhenti, puisi yang kutulis juga urung selesai karena aku terlalu lupa untuk mengingat kata-kata, kehangatan kita juga tak pernah berkurang dan apalagi yang harus diharapkan. perjalanan kita tak pernah berhenti dan kebersamaan kita adalah abadi, kututup kembali tirai yang kacanya dihiasi alur air yang terjun bebas bagai partitur hujan. ketenangan, sudah siapkah kau untuk memulai perjalanan tanpa lelah. seperti sebuah puisi, yang kutulis kata terakhirnya di saat senja perlahan berubah gelap.

"KAU ADALAH SEGALANYA".. BAGIKU.